Kamis, 12 November 2009

untitled

Kusentuh dengan lembut pipinya yang tak lagi merona merah seperti biasanya. Dingin, tak lagi hangat dan tak lagi membuatku ingin berputar arah untuk menyentuhnya kembali. Sudah sifatku, tak bisa berhembus dalam kehampaan. Aku ada, karena getaran dan tekanan. Aku berhembus seiring dengan gelombang dan getaran yang mengalir. Aku adalah bentuk Cinta Tuhanku, dan disitu pula aku ada. Kehampaan, hanya membuatku mati. Jadi, Jangan paksa aku untuk berhembus di ruang hampa karena aku adalah angin. Angin, sebutan yang manusia berikan padaku. Berhembus bebas tanpa henti,tanpa arah, dan tanpa tujuan.

Kehampaan perempuan itu, tidak menimbulkan getaran-getaran yang membuatku ingin berhembus seperti dulu. Getaran-getaran yang mengalir kuat dan bergerak cepat membentuk alur-alur beraturan seperti elektron-elektron yang mengitari inti atom. Saat itu, aku suka getarannya yang bergejolak. Membuatku begitu hidup dan berhembus begitu halus, untuk menyentuh dan meresapi setiap getaran yang kurasakan. Gejolak ini sama seperti ketika aku tertabrak dua tekanan yang berbeda dan menarik seluruh molekul-molekulku untuk membuat badai topan. Aku iri akan kemampuan manusia merasakan cinta. Aku sendiri pun memang bentuk cinta Tuhan, tapi aku tidak mempunyai kemampuan untuk merasakannya, getarannya yang hanya bisa kuresapi.

Kuingat, saat itu, Pipinya merona merah dan hangat ketika sang pria mencoba menyentuh halus tangannya. Aku tahu,dia juga merasakan getaran yang kurasakan. Membuatnya seperti bangun dari kematian. Aku tahu pipinya semakin merona ketika si pria berkata, “Aku sayang kamu. Mau pacran sama aku gak?klo gk, aku sm org lain aj.”. aku Bisa mersakannya, aku tahu perempuan itu tak peduli lagi waktu terlalu cepat, tak peduli dengan segala ketakutan akan komitmen, ia sudah lelah berjalan di sisi jalan yang aman, sudah saatnya menantang badai. Ya, bisa kurasakan. Ayo, tantang saja badai itu, sudah saatnya. Biarkan dirimu terhipnotis getaran-getaran yang memabukkan. Biarkan dirimu berhenti menjadi seperti diriku yang berhembus bebas tanpa henti.

Namun, saat ini, perempuan itu hanya duduk terdiam, memandang kosong sosok laki-laki itu dari kejauhan. mengapa sekarang kau biarkan dirimu dikuasai keangkuhan manusia? Sudah kubisikkan padamu, kau bukan angin. Jangan biarkan dirimu terus berhembus tanpa hati dan membiarkan keangkuhan menggerogoti cintamu. Jangan munafikkan dirimu tentang kesepianmu. Berhembus tanpa henti tidak akan menghilangkan kesepianmu. Mengapa ketakutanmu terlalu menghambatmu?

Yah, tapi aku tahu kamu tidak akan bisa mendengarku. Mungkin, sudah wktunya bagiku untuk berhembus kembali. Semoga saja aku bisa kembali bertemu dengan mereka sebagai Inti atom yang terdiri dari proton dan elektron yang saling melengkapi, memancarkan getaran-getaran dahsyat, membentuk selaput pelindung yang memabukkan. Semoga saja..

Tapi tunggu, aku merasakan perempuan itu berbisik...

“Angin, sampaikan padanya, aku merindukannya, terlalu banyak rasa yang tak bisa diungkap oleh kata, p.s. I Love U.”

God!betapa indahnya cinta. Untuk sekali ini saja, berikan aku kemampuan berbicara agar aku bisa menyampaikanya pada laki-laki itu. Sekali ini saja.

Dituliskan untuk kata-kata yang belum terucap.